Sejarah Desa Klurahan



Kurang lebih tahun 1549 / 1550 M terjadi peperangan antara kadipaten Jipang Panolan yang di pimpin oleh Pangeran Adipati Harya Penangsang, melawan Raden Jaka Tingkir (Sultan Hadiwijaya), Raja Kesultanan Pajang. Pada perang yang terjadi di Bengawan Sore tersebut Adipati Harya Penangsang terbunuh oleh tumbak Kyai Pleret ditangan Mas Danang Sutawijaya (Panembahan Senopati). Sepeninggal Harya Penangsang, Keluarganya diungsikan oleh para soreng (bregodo prajurit pengawal keluarga raja) Kadipaten Jipang Panolan menuju arah timur-selatan-timur-selatan sampai tiba disuatu tempat yang masih berhutan. Salah satu bendoro yang diungsikan tersebut adalah Roro Dewi Amiswati yang akhirnya jadi tokoh sentral di Desa Klurahan.

Hutan yang dibuka oleh para soreng dan para pendherek dijadikan pemukiman. Disaat pembukaan hutan itulah kaki Dewi Amiswati tertusuk tunggak kayu tom sehingga berdarah – darah (bahasa jawa : rahe nganti mlurah  - mlurah ). Penanganan dan penyembuhan luka Dewi Amiswati dilakukan oleh Ki Ageng Klurak salah satu sesepuh pendherek dari Jipang Panolan.

Nah dari kata – kata : “rahe Dewi Amiswati nganti mlurah – mlurah di tambani Ki Ageng Klurak” inilah akhirnya di uri – uri oleh para pendherek dan dijadikan nama tempat tersebut “KLURAHAN”.

Pemukiman telah dihuni oleh masing – masing rombongan sedang suasana sudah tenteram dan aman, maka para prajurit soreng merasa tugasnya sudah selesai. Sebagian dari mereka berpencar mencari tempat baru.

Sebagian para prajurit soreng adalah sebagai berikut :

  1. Soreng Kampuh

:

Berpencar menuju Desa Lambangkuning wilayah Kertosono. Bermukim sampai wafat di Desa tersebut, makamnya menjadi pundhen (makam yang dihormati dan diziarahi orang banyak.

  1. Soreng Kewuh

:

Dari Klurahan menuju brang wetan Desa Ketawang Kecamatan Purwoasri Kabupaten Kediri. Bermukim sampai wafat dan dimakamkan di Desa tersebut. Sekarang makamnya jadi pundhen.

  1. Soreng Pati

:

Bermukim di Desa Kalianyar Kecamatan Ngronggot sampai wafat dan sekarang makamnya menjadi pundhen Desa Kalianyar.

  1. Soreng Wilis

:

Menuju suatu tempat di Kecamatan Tarokan Kabupaten Kediri sampai wafat dan bermakam di situ.

  1. Soreng Joyo

:

Belum di ketahui

  1. Soreng Rangkut

:

Tidak ikut mengawal para bendoro dipengasingan karena gugur tebunuh oleh Pangeran Bagus Mu’min di Demak Bintoro

  1. Soreng Rono

:

Tetap mengawal dan menjaga para bendoro sampai wafat, dimakamkan di Kubur Cilik Desa Klurahan 200 m sebelah utara Pundhen Gedhong (Makam Rr. Dewi Amiswati dan Para Pendherek)

  1. Soreng Gono

:

Juga mEnjaga dan mengawal rombongan bendoro, wafat dan dimakamkan disebelah timur Pundhen Gedhong jarak 1 Km. Sekarang makam beliau berada dibelakang rumah Bapak H. Kamsidi Ketua RW.03 Dusun Klurahan III.

 

          Kawasan yang bernama Klurahan ini dulunya sangat luas meliputi Dusun – dusun dan Desa – Desa di sekitarnya. Karena perkembangan zaman dan alasan mengurusi segala sesuatu di pusat Desa terasa semakin jauh, maka sebagian Dusun memutuskan untuk mandirimenjadi desa tersendiri. Adapun Dusun dan Desa yang pernah menjadi bagian dari Desa Klurahan Adalah :

  1. Dusun Payaman

:

Akhirnya ikut Desa Trayang Kecamatan Ngronggot Tahun pemisahan belum diketahui

  1. Desa Kaloran

:

Tahun pendirian menjadi Desa juga belum diketahui. Hanya untuk perkiraan (bahasa jawa : ancer – ancer) : Ki Lurah Singodrono (Somadrono) Kepala Desa Pertama ketika tiba di Kaloran, Kabupaten masih di Brebek. Sedangkan tahun boyong Kabupaten dari Brebek ke Nganjuk adalah tahun 1880 M. Kaloran adalah Sinonim dari Klurahan Lor.

Catatan :

Riwayat hidup Ki Lurah Singodrono sejak masa kecil sampai wafat sudah penulis rangkum menjadi buku.

  1. Desa Betet

:

Keterangan dari Mbah Senen (Alm) juru kunci makam Klurahan ; Mbah Moelyani (83 Th) Barik – Betet, Desa Betet memisahkan diri dari Klurahan tahun 1901 M Kepala Desa Pertama Yaitu Saniman, Kepala Desa Kedua Somaredjo, Bapak Moelyani Barik adalah cucu mbah Somaredjo.

  1. Desa Kalianyar

:

Keterangan dari Bapak Supriyono Carik Desa Kalianyar dan Tokoh – tokoh yang lain menyatakan kalianyar berdiri sendiri lepas dari Klurahan Tahun 1917 M, Kepala Desa Pertama Keluarga Mb ah Jogotirto Sepuh (Alm), Lalu R. Solekan Reksowardono, Kemudian R. Suyondo diteruskan R. Puguh Santoso selanjutnya Bapak Joko Murtedjo.

 

Sejarah Desa Klurahan tidak terlepas dari sejarah Masyarakat Klurahan di Kabupaten Nganjuk. Desa ini awalnya bernama desa Klurahan dengan lurah seumur hidup yang bernama Mbah Nuk. Lurah Mbah Nuk adalah Kepala Desa yang dermawan.

Adapun kepala desa yang pernah menjabat hingga sekarang adalah sebagai berikut:

  1.     Mbah Nuk (tahun 1898 s.d 1918),
  2.     Mbah Engkring/ Karto Kromo (tahun 1918 s.d 1938),
  3.     Karso pawiro (tahun 1938 s.d 1946),
  4.     Karso Soedjono (tahun 1946 s.d 1956),
  5.     Sastro Karsinem (tahun 1956 s.d 1970),
  6.     Moelyono (tahun 1970 s.d 1998),
  7.     M.Cholil (Tahun 1999 sd 2007),
  8.     Herry Purwanto,S.Pd (Tahun 2007 s.d 2013),
  9.     Herry Purwanto, S.Pd (Tahun 2013 s.d. 2019)
  10.     Herry Purwanto, S.Pd (Tahun 2019 s.d. 2025)

 

Secara geografis Desa Klurahan terletak pada posisi 7°21'-7°31' Lintang Selatan dan 110°10'-111°40' Bujur Timur. Topografi ketinggian desa ini adalah berupa daratan sedang yaitu sekitar 156 m di atas permukaan air laut. Berdasarkan data BPS kabupaten Nganjuk tahun 2010, selama tahun 2010 curah hujan di Desa Klurahan rata-rata mencapai 2.400 mm. Curah hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember hingga mencapai 405,04 mm yang merupakan curah hujan tertinggi selama kurun waktu 2009-2011.

 

Batas – batas desa meliputi :

No

Uraian

Desa

1

Sebelah Utara

Kaloran, Kalianyar

2

Sebelah Barat

Betet

3

Sebelah Selatan

Ngronggot

4

Sebelah Timur

Dadapan